AKHIR YANG DICIPTAKAN
Ranjang yang berdebu, bersama buku-buku lusuh.
Penuh bercak darah, dan selimut yang terkoyak pisau belati
Disampingnya tengkorak yang memanjatkan doa,
Yang terbaring diatas bantal kapuk
Cangkir berisi kopi dan lalat
Sempat terseret-seret tikus
Sebagian tumpah,
Dan lukisan perempuan penuh dengan tatap
Terkejang-kejang memandang sunyi
Kejahatan apa lagi?
Para pemakai seragam itu berulah!
Pergi dengan gagah dengan bercak darah; cinta;pasrah!
Kesempatan bagi tuhan untuk hadir adalah pada sebuah senapan dan peluru
Yang dipeluk bagaikan istri
Yang siap membunuh tanpa ada kemanusian
Jatuh; kemanusian; hilang; tugas abadi.
Menggila saja dibalik bilik rotan
Yang disusun melindungi angin dan hujan
Menghadirkan kematian di tiap waktu
Menghunus menimpa ragu
Mengangis!
Ketika gelap tiba,
Bangun saja sendiri,
Menyesali; mencintai.
Tamat!
Penuh bercak darah, dan selimut yang terkoyak pisau belati
Disampingnya tengkorak yang memanjatkan doa,
Yang terbaring diatas bantal kapuk
Cangkir berisi kopi dan lalat
Sempat terseret-seret tikus
Sebagian tumpah,
Dan lukisan perempuan penuh dengan tatap
Terkejang-kejang memandang sunyi
Kejahatan apa lagi?
Para pemakai seragam itu berulah!
Pergi dengan gagah dengan bercak darah; cinta;pasrah!
Kesempatan bagi tuhan untuk hadir adalah pada sebuah senapan dan peluru
Yang dipeluk bagaikan istri
Yang siap membunuh tanpa ada kemanusian
Jatuh; kemanusian; hilang; tugas abadi.
Menggila saja dibalik bilik rotan
Yang disusun melindungi angin dan hujan
Menghadirkan kematian di tiap waktu
Menghunus menimpa ragu
Mengangis!
Ketika gelap tiba,
Bangun saja sendiri,
Menyesali; mencintai.
Tamat!
17/02/2021
D2N
Komentar
Posting Komentar