BAPAK, KOPI, DAN MALAM

Dimalam hari Swakarsa terduduk di ujung bangku kedai kopi, menyendiri dan tak ada yang menemaninya selain dari kopi, rokok, laptop, dan sebuah lagu yang dibawakan iksan skuter dengan judul bapak.

Ada manusia yang sangat ingin aku peluk, tapi aku malu.

Mengalun lirik lagu itu menusuk bathin Swakarsa, ada gundah dalam dirinya. Tak lama ia hilangkan kekakuan dan kegundahan dirinya dengan hisapan rokok dan seruput kopi.

Berselang waktu, ia tuliskan sebuah puisi sebagai pesan pada bapaknya, yang jauh ia tinggalkan di kediamannya Cianjur.

Pak,
Jika esok kau terbaring lebih dulu dari aku, maka akan aku hapus air mata adik-adikku.
Pak,
Jika esok kau berkelana bersama Tuanmu
Maka aku pastikan aku Siap menjadi penggantimu.
Pak,
Sejujurnya terkadang aku benci padamu,
Bukan kepadamu sih sebenarnya,
Tapi pada diriku sendiri yang selalu menjauhimu sendari kecil.
Iya aku tak terlalu dekat denganmu.
Pak,
Hari ini anakmu sudah besar,
Walau tak mendapat perhatian selayaknya anak-anak lain di luar sana tapi jujur aku bangga padamu
Pak,
Aku rindu!

~

Ia terdiam, membaca kembali puisinya yang tak sempat ia katakan pada bapaknya. Tak lama waktu mengalun seperti alunan angan tentang bapaknya, datang sahabatnya menghampirinya.



"Ngalamun wae eh sia mah, ngalamunkeun naon maneh?". Ujar Luqy.

"Iya rokoknya beda, aing jadi ngelamunin cewek".

"Kunaon awewe maneh, kawin jeung batur lain? Hehehe".

"Heeh bener ngalamunkeun awewe, tapi lain awewe aing".

"Terus cewek siapa?"

"Awewe maneh, kan tadi ngajak kawin ka aing. Hehehe."

" Ah anjing buduk maneh".

Mereka pun tertawa.

Namun Luqy tahu bahwa temannya sedang dilanda masalah, jarang sekali swakarsa melamun sendirian. Ia yakin pasti ada suatu hal yang mengusik temannya. *suasanapun hening*

" Maneh darimana aja qy?" Swakarsa membuyarkan keheningan sesaat.

"Lah urang mah disini dari tadi juga, maneh aja yang gak sadar".

"Ah aing teu ninggali maneh titadi qy, maneh ti iraha jadi makhluk ghaib?"

"Eh si anyiing, mau gak lihat gimana, dari tadi maneh ngelamun".

"Jadi siapa yang salah atuh?".

"Masa mau nyalahin luqy? Masa yang ganteng disalahin".

"Alaah sok ganteng maneh, hehehe. Nya atuh nu salah mah lamunan, kan mun teu ngalamun aing pasti hafal maneh aya. Wkwkw".

"Eh si anyiing. Wkwkwkwk".

Waktu kian berjalan, begitu juga kegundahan dalam hati swakarsa. Tak terasa malampun terlewat dengan cepat dan kisahnya hari inipun tamat.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sebuah Nilai Perlu Dilindungi

ARSHAKA BUNGA

SELAMAT BERPROSES