ANTARA AKU, IBU-IBU, AYAM DAN TUKANG OJEG JOGJAKARTA
Ok, setelah lamanya menunggu hinggap di kota Jogja akhirnya pada jam 7 pagi aku sampai disana, di stasiun Lempuyangan. Seperti biasa hal yang aku lakukan ketika sampai disana adalah menyiapkan caarier atau tas gendong dan mencabut cargeran yang tak ingin aku tinggalkan di kereta bernama Kahuripan.
Sambil riweuh (sibuk) menyiapkan dan merapikan barang bawaan hal yang paling asik adalah mendengarkan setiap suara manusia yang sibuk dan tak sabar untuk turun di kereta. hahaha, memang sangat heran kenapa ini mengasihkkan tapi jelas saja ini hal yang seru bagiku.
Belum lagi dengan segala riuh antrean dipintu keluar dengan pemandangan penumpang yang membawa bawaan, seperti sedang menunggu sembako diakhir bulan dengan pengharapan paling duluan untuk mendapat bagian, tiba-tiba ditengah riuh aku lihat ibu-ibu yang menjinjing kantung rotan berisi ayam jago, (ayamnya persis logo mangkuk mie ayam yang dijual mang sueb). Ibu-ibu tersebut menjatuhkan sebuah barang bawaan yang dibungkus kantong pelastik yang entah isinya apa.
aku yang sibuk beres-beres dan menikmati keramaian penumpangpun tiba-tiba terfokus pada barang itu, aku ambil dan aku coba kembalikan, tapi jelas penumpang lain yang sibuk turun malah menghalangiku. Tak enak untuk menerobos dan menubruk penumpang lain, aku amankan barang yang jatuh tadi, selebihnya aku ambil juga barang bawaanku dan berniat untuk mengembalikannya saat semua sudah turun.
"bu maaf, bu... ibu, maaf" aku panggil ibu tadi setelah turun.
Anehnya ibu tersebut acuh, dan semakin jauh. Coba aku lari, tapi carrier yang berat membuatku terengah-engah. Aku susul dia dan coba salip seperti yang dilakukan marquez kepada rossi saat ia sedang balapn di sirkuit moto GP,tapi aku malah kehilangan jejaknya, ia berbelok dan aku malah lurus begitu saja.
ah sungguh baru juga sampai Jogja aku sudah disibukkan oleh ibu-ibu. Tak lama sambil tengok kanan tengok kiri, atas dan bawah aku melihat ibu tersebut sudah menaiki ojeg. Secepat kilat aku lari, lari, dan lari. al hasil ibu tersebut mulai tersusul olehku. aku kembalikan barangnya yang jatuh tersebut tanpa ia tahu.
aku simpan barang tersbut kedalam keranjang ayam yang ia jinjing, nahasnya aku mendapat kesialan. Saat aku simpan, ayam tadi malah membuang kotoran tapat ditanganku.
"Anjiiir tai kotok, ah piomongeun". Gerutuku dengan keras.
"Wkwkwkw, sial amat si mas ini, baru juga lari eh kena tahi," ucap salah seorang tukang ojeg yang ada disamping pangkalan.
"eh iyo pak (sambil berlaga ngombrol bahasa jawa) memang sial aku ini," jawabku
"hahaha, yowis tak bersihkan saja mase, sini saya bantu antar ke tempat cuci tangan,"
"Waduh tak usah pak, merepotkan saya jika harus diantar,"
"Sudah mas santai aja yo, hehehe, kebetulan saya juga belum ada kegiatan, jadi mending saya bantu si mas saja," tambahnya.
Jujur pada awalnya aku takut merepotkan dan mengira ia hanya seorang tukang ojeg yang pura-pura ingin membantu, dan setelahnya akan memintaku menaiki ojegnya untuk mengantarku dan alhasil dia dapat penumpang.
"Eh si mas malah bengong, ayo mas saya antar,"
"tak usah pak hehehe, takut merepotkan saya," sambil tersenyum.
"ayo sudah, saya antar." sambil menarik tangangu dan membawa ketempat cuci tangan.
lama waktu berselang bapak tersebut mengantarku ke tempat cuci tangan dan sampai sibuk memberikan saya tissue. Aku yang tidak enak dan mengira yang tidak-tidak akhirnya tersadarkan setelah bapak tersebut kembali kepangkalan ojeg.
"Sudah yo mas, saya permisi ke pangkalan lagi," ujarnya sambil pergi.
"eh pak tunggu, makasih yo pak, sama minta maaf juga saya sudah merepotkan dan berpikir yang tidak-tidak ke bapak,"
"lho mas berpikir apa tho?"
"Maaf ya pak, tadi saya kira bapak mau bantu saya agar dapat keuntungan dan agar saya jadi penumpang bnapak,"
"hahahaa, welah tak apa lho mas, saya bantu mas ikhlas, lagian si mas juga lucu saya lihat pagi-pagi bukannya pegang nasi buat sarapan eh malah pegang tahi sembarangan,"
"hehehehe, maaf yo pak" sambil menggaruk kepala.
"tak apa mas, makasih juga sudah menghibur saya pagi-pagi ya, lain kali jangan pegang tahi pagi-pagi ya heheeh, yaudah mas saya lanjut ya,"
"hehehe, ia pak siap. maaf yo pak sekali lagi sudah merepotkan dan berprasangka buruk"
"tak usah dipikirkan mas hehe, yaudah saya lanjut yo." tutupnya sambil pergi dengan senyum
Dalam ketidak enakan aku berpikir keras dan mulai menyadari sesuatu bahwa benar kota Jogja adalah tempat keramahan dan kasih sayang, dan dari sana aku mulai merasa bahwa jogja adalah rumah bagi semua orang.
Oh ia selepas itu terjadi, aku fokuskan kembali pada perjalananku menyusuri kota Jogja dengan senyum bahagia dan gerutu disampingnya, hehehehe.
pagi-pagi bukannya pegang nasi
BalasHapusmalah pegang tahi
Wkwkw
Dahulukan tataian daripada sarapan
Hapus