APA KABAR HARI INI
Tabik!
"Keinginan Adalah Sumber Penderitaan".
Begitu ucap iwan fals dalam salah satu lagunya.
Dan bila berkaca pada zaman sekarang banyak sekali pemuda-pemudi yang menderita, mengalami tekanan mental akibat budaya yang cenderung memaksa mereka berkeinginan tinggi.
Bukan sebuah kesalahan menang, tapi hal ini jelas akan berdampak pada beberapa keseimbangan dan tenderung mengarah pada hal negatif. Terlebih lagi sebuah keinginan yang cenderung bersifat materialisme jelas marak dipicu oleh famor dan jelas digembor-gemborkan.
Entah itu keinginan akan harta kekayaan, baju bagus, kendaraan, makan enak, liburan dan jalan-jalan menjadi salah satu hal yang memicu penderitaan saat ini. Dan jika tidak terpenuhi pemuda-pemudi zaman sekarang jelas mengalami tekanan yang cukup hebat.
Pesimisme, ketakutan akan masa depan, drop dan mental down jelas menjadi sebuah lubang neraka yang bahkan terus mengikat.
Untuk meminimalisir hal tersebut pemuda-pemudi zaman sekarang memporsir dirinya untuk bekerja keras, bahkan menghalalkan segala cara untuk bisa terlepas dari lubang neraka tadi.
Apakah hal ini berpengaruh posistif? Jelas tidak!.
Karena ketika pemuda-pemudi ini melewati batas dan mereka menekan power dengan tidak terkontrol maka akan menimbulkan kelacauan baru.
Sebagai salah satu contoh, hal yang bisa terjadi adalah hilangnya budaya gotong royong dan kebersamaan atau kita sebut dengan sifat Individualis.
Moralitas akan terkikis, dan kepedulian akan hilang dan terganti oleh hal yang bengis. Bengis disini bukan berarti seseorang akan akan terdorong pada hal kriminal. Tapi dari sifat dan perilaku yang acuh tak acuh.
Lantas apa yang bisa dilakulan untuk menanggulangi hal tersebut? Salah satunya adalah pendidikan.
Entah itu pendidikan yang bersifat formal atau yang bersifat informal, pendidikan soal budaya nenek moyang yang mengarahkan pada keseimbangan dan mendidik seseorang untuk lebih paham pada skala prioritas dan kebutuhan haruslah menjadi momok utama yang harus diterapkan.
Budaya etika dan sopan satun juga berfungsi sebagai pembatas dan kontrol untuk seseorang menyeimbangkan keinginannya.
"Keinginan Adalah Sumber Penderitaan".
Begitu ucap iwan fals dalam salah satu lagunya.
Dan bila berkaca pada zaman sekarang banyak sekali pemuda-pemudi yang menderita, mengalami tekanan mental akibat budaya yang cenderung memaksa mereka berkeinginan tinggi.
Bukan sebuah kesalahan menang, tapi hal ini jelas akan berdampak pada beberapa keseimbangan dan tenderung mengarah pada hal negatif. Terlebih lagi sebuah keinginan yang cenderung bersifat materialisme jelas marak dipicu oleh famor dan jelas digembor-gemborkan.
Entah itu keinginan akan harta kekayaan, baju bagus, kendaraan, makan enak, liburan dan jalan-jalan menjadi salah satu hal yang memicu penderitaan saat ini. Dan jika tidak terpenuhi pemuda-pemudi zaman sekarang jelas mengalami tekanan yang cukup hebat.
Pesimisme, ketakutan akan masa depan, drop dan mental down jelas menjadi sebuah lubang neraka yang bahkan terus mengikat.
Untuk meminimalisir hal tersebut pemuda-pemudi zaman sekarang memporsir dirinya untuk bekerja keras, bahkan menghalalkan segala cara untuk bisa terlepas dari lubang neraka tadi.
Apakah hal ini berpengaruh posistif? Jelas tidak!.
Karena ketika pemuda-pemudi ini melewati batas dan mereka menekan power dengan tidak terkontrol maka akan menimbulkan kelacauan baru.
Sebagai salah satu contoh, hal yang bisa terjadi adalah hilangnya budaya gotong royong dan kebersamaan atau kita sebut dengan sifat Individualis.
Moralitas akan terkikis, dan kepedulian akan hilang dan terganti oleh hal yang bengis. Bengis disini bukan berarti seseorang akan akan terdorong pada hal kriminal. Tapi dari sifat dan perilaku yang acuh tak acuh.
Lantas apa yang bisa dilakulan untuk menanggulangi hal tersebut? Salah satunya adalah pendidikan.
Entah itu pendidikan yang bersifat formal atau yang bersifat informal, pendidikan soal budaya nenek moyang yang mengarahkan pada keseimbangan dan mendidik seseorang untuk lebih paham pada skala prioritas dan kebutuhan haruslah menjadi momok utama yang harus diterapkan.
Budaya etika dan sopan satun juga berfungsi sebagai pembatas dan kontrol untuk seseorang menyeimbangkan keinginannya.
Selain itu, karakteristik untuk berperilaku yang ideal haruslah kembali ditanamkan.
Namun hal jelas perlu dilakukan adalah regulasi dan sistem pendidikan haruslah diperbaiki. Bukan soal sistem yang mengarah pada Budaya Barat atau Budaya Timur, namun sistem pendidikan yang disesuaikan dengan keadaan masyarakat kita sendiri.
Jika dilihat beberapa waktu ke belakang, banyak sekali sistem pwndidikan yang dikatakan jadul malah justru berbuah hasil pada keseimbangan dan hal positif kondisi pemuda-pemudi.
Udah dulu ah, nanti deh dilanjut
M. Dudan Darmawan
Bandung, 14 Juli 2023
Komentar
Posting Komentar